PARHAMBITIOUS – Gangguan disforik pramenstruasi (PMDD) adalah gangguan suasana hati yang terjadi selama fase pramenstruasi dari siklus menstruasi.1 Meskipun mirip dengan sindrom pramenstruasi (PMS), gejala PMDD jauh lebih parah dan dapat menyebabkan perubahan suasana hati ekstrem yang dapat mengganggu kehidupan dan fungsi sehari-hari.

Di sini, kami membahas lebih lanjut tentang gejala dan penyebab PMDD, serta cara mendiagnosisnya. Kami juga membahas pengobatan gangguan disforia pramenstruasi dan pilihan perawatan diri yang bermanfaat untuk mengelola kondisi ini.

Penyebab Gangguan Disforia Pramenstruasi

Penyebab PMDD itu kompleks. Menurut penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2022, individu dengan kondisi ini tampaknya memiliki kepekaan genetik terhadap hormon seks allopregnanolone yang dikombinasikan dengan neurotransmitter serotonin yang kurang tersedia, dan steroid reproduksi ovarium mungkin juga berperan.

Bukti lain mendukung peran steroid reproduksi dalam PMDD. Lebih khusus lagi, sebuah penelitian lain mencatat bahwa PMDD mungkin terkait dengan perubahan respons seluler yang terlibat dalam metabolisme steroid reproduksi estrogen dan progesteron.

Lingkungan sekitar juga dapat memengaruhi munculnya PMDD. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa mengalami tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan keparahan kondisi ini.

Gejala Gangguan Disforia Pramenstruasi

Gejala gangguan disforik pramenstruasi dimulai selama fase luteal, atau setelah ovulasi, dan berakhir segera setelah menstruasi dimulai. Gejalanya meliputi:

  • Perasaan sedih, putus asa, atau suasana hati tertekan
  • Meningkatnya kecemasan
  • Merasa kewalahan atau kehilangan kendali
  • Keinginan makan dan makan berlebihan
  • Kemarahan atau sifat mudah tersinggung yang ditujukan kepada orang lain
  • Kurangnya minat dalam beraktivitas
  • Kurangnya energi dan kelelahan
  • Gejala fisik, termasuk nyeri payudara, kembung, dan nyeri sendi atau otot
  • Perubahan suasana hati yang parah
  • Gangguan tidur
  • Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir

Penelitian juga menunjukkan bahwa wanita dengan PMDD memiliki risiko empat kali lebih besar untuk memiliki pikiran bunuh diri dan tujuh kali lebih tinggi untuk mencoba bunuh diri.6 Jika muncul pikiran atau perilaku bunuh diri, segera cari pertolongan medis.

Diagnosis Gangguan Disforia Pramenstruasi

Meskipun PMS dapat memengaruhi kehidupan dan fungsi wanita, PMS bukanlah gangguan yang terklasifikasi. Sebaliknya, gangguan disforia pramenstruasi diklasifikasikan sebagai gangguan mental oleh Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Edisi ke-5 (DSM-5).

Diagnosis gangguan disforia pramenstruasi biasanya dimulai dengan penyedia layanan kesehatan yang mencatat riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Untuk didiagnosis dengan PMDD, orang harus:

  • Mengalami setidaknya lima gejala di dua domain, satu melibatkan suasana hati dan yang lainnya adalah gejala fisik
  • Alami gejala-gejala ini selama fase pramenstruasi, dengan gejala-gejala yang sebagian besar tidak ada dalam minggu setelah menstruasi

Gejala-gejala ini juga harus mengganggu fungsi di tempat kerja, sekolah, hubungan, dan bidang-bidang penting lainnya dalam kehidupan dan tidak terkait dengan kondisi yang sudah ada atau disebabkan oleh penggunaan zat. PMDD umumnya dipastikan dengan meminta pasien melacak gejala-gejala mereka selama setidaknya dua siklus menstruasi.

Pengobatan untuk Gangguan Disforia Pramenstruasi

Perawatan gangguan disforia pramenstruasi difokuskan pada meminimalkan dan mengelola gejala kondisi tersebut. Beberapa pilihan perawatan meliputi:

  • Antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), yang terbukti efektif dalam mengobati gejala PMDD
  • Kontrasepsi oral
  • Adaptasi gaya hidup termasuk perubahan pola makan, olahraga, dan teknik manajemen stres
  • Obat untuk mengobati gejala fisik, termasuk diuretik untuk retensi cairan dan obat antiinflamasi untuk nyeri
  • Perubahan pada produk menstruasi, terutama jika produk tersebut cenderung menyebabkan ketidaknyamanan atau iritasi

Obat-obatan yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk mengobati PMDD meliputi SSRI sertraline (Zoloft), fluoxetine (Sarafem), dan paroxetine (Paxil), bersama dengan kontrasepsi oral drospirenone dan ethinyl estradiol.

Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah pilihan lain untuk mengobati gangguan disforik pramenstruasi.8 CBT dapat digunakan sendiri atau bersama dengan perawatan lain dan membantu memperbaiki gejala PMDD.

Obat pereda nyeri yang dijual bebas juga dapat membantu meredakan gejala fisik seperti nyeri sendi, kram, sakit kepala, nyeri otot, dan nyeri payudara. Penyedia layanan kesehatan dapat membantu menentukan jenis perawatan terbaik berdasarkan gejala yang ada dan tingkat keparahannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *