Banyak peneliti telah berusaha memahami apa yang memotivasi perilaku manusia. Apakah cara kita berperilaku merupakan sesuatu yang kita miliki sejak lahir, atau apakah itu berkembang karena pengalaman yang kita miliki? Satu teori yang lebih selaras dengan aliran pemikiran sebelumnya adalah teori motivasi naluriah.
Di sini kita akan membahas apa itu teori insting dan bagaimana teori ini menggunakan biologi evolusi untuk menjelaskan tingkat motivasi kita. Kami juga akan membahas beberapa kritik terhadap teori motivasi insting, beserta tinjauan singkat mengenai beberapa teori motivasi umum lainnya.
Tinjauan Umum Teori Insting
Menurut teori insting, semua organisme dilahirkan dengan kecenderungan tertentu yang dirancang untuk membantu mereka bertahan hidup. Pola perilaku bawaan yang ditentukan secara biologis ini disebut insting, dan insting kita pada akhirnya mendorong tindakan kita.
Pada manusia, perilaku naluriah sering kali muncul dalam bentuk refleks, yang sudah ada sejak awal masa kanak-kanak. Misalnya, bayi memiliki refleks mencari yang mendorong mereka untuk mencari puting susu untuk mendapatkan makanan.
Refleks bayi baru lahir lainnya termasuk refleks yang berhubungan dengan melangkah, menggenggam, dan terkejut (refleks Moro). Jenis perilaku ini terjadi secara otomatis, bukan sebagai hasil pembelajaran atau pengalaman. Perilaku ini merupakan sisi alamiah dari perdebatan antara bawaan dan didikan.
Sejumlah reaksi naluriah atau refleks yang ada pada masa bayi masih ada hingga dewasa. Anda mungkin pernah memperhatikan beberapa refleks ini sebelumnya, yaitu:
- Refleks batuk
- Refleks muntah
- Refleks bersin
- Refleks menguap
Bagaimana Teori Insting Menjelaskan Motivasi
Teori motivasi insting menyatakan bahwa dorongan kita untuk bertindak dengan cara tertentu berakar pada susunan biologis kita. Lebih khusus lagi, kita terlibat dalam perilaku tertentu karena perilaku tersebut membantu kelangsungan hidup fisik kita. Burung yang bermigrasi adalah contoh utama.
Penelitian menunjukkan bahwa melakukan migrasi sebelum cuaca berubah dingin meningkatkan peluang burung-burung ini untuk bertahan hidup.3 Mereka termotivasi atau terdorong untuk menuju iklim yang lebih hangat di musim dingin karena hal itu meningkatkan kemungkinan mereka untuk melewati bulan-bulan yang lebih dingin.
Manusia juga memiliki naluri dasar untuk bertahan hidup yang memotivasi perilaku kita. Kembali ke contoh refleks mencari, bayi termotivasi untuk “mencari” dan mengisap puting susu sebagai sarana nutrisi, yang membantu memastikan kelangsungan hidup mereka.
Namun, apa yang memenuhi syarat sebagai naluri? Dalam bukunya Exploring Psychology , penulis David G. Meyers menyatakan bahwa agar dapat diidentifikasi sebagai naluri, suatu perilaku “harus memiliki pola yang tetap di seluruh spesies dan tidak dipelajari.” Dengan kata lain, perilaku tersebut harus terjadi secara alami pada semua organisme dari spesies tersebut.
Kekuatan Perilaku Instingtif
Salah satu cara untuk benar-benar memahami kekuatan naluri evolusi adalah dengan mengamati hewan. Hewan memiliki kecenderungan bawaan untuk terlibat secara spontan dalam pola perilaku tertentu. Misalnya, seekor anjing secara alami akan gemetar setelah mandi, dan kura-kura secara intuitif akan menuju ke air setelah menetas.
Pada pertengahan tahun 1930-an, ahli zoologi Konrad Lorenz mendemonstrasikan kekuatan naluri menggunakan angsa. 6 Lorenz melaporkan bahwa angsa menjadi terikat pada objek bergerak pertama yang mereka temui setelah menetas, yang biasanya adalah induk mereka. Akan tetapi, dengan memastikan bahwa induknya adalah yang pertama kali ditemui oleh anak angsa, mereka malah menjadi terikat atau terpatri pada Lorenz.
Naluri ini juga sama kuatnya pada manusia. Berkat refleks mencari, misalnya, mengusap pipi bayi akan menyebabkan anak secara otomatis menoleh dan menggerakkan mulutnya seolah-olah sedang mengisap.
Sejarah Teori Insting Motivasi
William McDougall adalah salah satu psikolog pertama yang berbicara tentang teori naluri motivasi dalam tulisannya. Ia menyarankan bahwa ada tiga elemen penting dari perilaku naluriah: persepsi, perilaku, dan emosi.
Secara keseluruhan, McDougall menguraikan 18 naluri alami manusia yang berbeda. Naluri-naluri tersebut meliputi kecenderungan alami terhadap rasa ingin tahu, tawa, dan seks, selain perilaku yang didasarkan pada upaya bertahan hidup seperti mencari makanan.
Psikolog William James mengidentifikasi serangkaian nalurinya sendiri yang menurutnya penting untuk bertahan hidup. Ini termasuk hal-hal seperti rasa takut, marah, cinta, malu, dan kebersihan.
Psikiater Sigmund Freud menguraikan gambaran motivasi yang lebih luas. Alih-alih mengandalkan beberapa naluri yang berbeda, ia menyarankan bahwa perilaku manusia hanya didorong oleh dua pola naluri. Freud menyebutnya sebagai naluri hidup dan mati.
Kritik Terhadap Teori Insting Motivasi
Meskipun teori insting dapat menjelaskan apa yang mendorong perilaku tertentu, para pengkritiknya merasa bahwa teori ini memiliki beberapa keterbatasan utama. Di antaranya adalah:
- Naluri tidak dapat dengan mudah diamati atau diuji secara ilmiah.
- Tidak semua perilaku dapat dijelaskan oleh naluri.
- Memberi label sesuatu sebagai naluri tidak menjelaskan mengapa perilaku tertentu muncul pada kasus tertentu tetapi tidak pada kasus lainnya.
Bahkan di tengah kritik seperti ini, ini tidak berarti bahwa para psikolog telah menyerah untuk mencoba memahami peran naluri dalam perilaku. Psikolog modern memahami bahwa sementara kecenderungan tertentu mungkin diprogram secara biologis, pengalaman individu juga berperan dalam bagaimana respons ditampilkan.
Misalnya, kita mungkin lebih siap secara biologis untuk mendeteksi ancaman tertentu dengan cepat, seperti laba-laba dan ular. Namun, kita tidak akan pernah menunjukkan rasa takut jika kita tidak terpapar pada hewan-hewan ini.