Teori sifat kepemimpinan menyatakan bahwa kepemimpinan yang sukses muncul dari sifat dan karakteristik kepribadian bawaan tertentu yang menghasilkan pola perilaku yang konsisten. Penelitian ini muncul sebagai salah satu penelitian pertama tentang sifat kepemimpinan yang efektif.
Teori Sifat Kepemimpinan: Dasar Pemikirannya
Teori sifat kepemimpinan dikaitkan dengan teori kepemimpinan “orang hebat” yang pertama kali diajukan oleh Thomas Carlyle pada pertengahan tahun 1800-an. Menurut Carlyle, sejarah dibentuk oleh para pemimpin yang luar biasa. Kemampuan memimpin ini merupakan sesuatu yang dimiliki orang sejak lahir, menurut Carlyle, dan bukan sesuatu yang dapat dikembangkan. Gagasan Carlyle mengilhami penelitian awal tentang kepemimpinan, yang hampir seluruhnya berfokus pada sifat yang dapat diwariskan.
Pendekatan Carlyle
Teori kepemimpinan Carlyle didasarkan pada alasan bahwa:
- Ciri-ciri tertentu menghasilkan pola perilaku tertentu.
- Pola bersifat konsisten pada berbagai situasi.
- Orang dilahirkan dengan sifat kepemimpinan.
Bahkan saat ini, buku-buku dan artikel menggembar-gemborkan berbagai karakteristik yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin yang hebat, yang menunjukkan bahwa kepemimpinan entah bagaimana ditakdirkan dalam beberapa orang (atau setidaknya lebih mungkin) sementara tidak mungkin, jika tidak mustahil, dalam orang lain.
Teori Lainnya
Sejak tesis Carlyle diterbitkan, para psikolog telah meneliti dan berdebat tentang teori kepemimpinan berbasis sifat. Dari tahun 1940-an hingga 1970-an, psikolog Ralph Melvin Stogdill menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hasil interaksi antara individu dan situasi sosial, bukan sekadar hasil dari serangkaian sifat yang telah ditentukan sebelumnya.
Tak lama kemudian, pada tahun 1980-an, James M. Kouzes dan Barry Z. Posner mengemukakan bahwa kredibilitas adalah indikator utama keterampilan kepemimpinan, yang ditandai dengan sifat-sifat seperti jujur, berwawasan ke depan, inspiratif, dan kompeten.
Ciri-ciri Kepemimpinan
Meskipun daftar sifat kepemimpinan dapat bervariasi tergantung pada siapa yang menyusun daftar tersebut, sebuah studi baru-baru ini menguraikan sifat-sifat perilaku yang membedakan supervisor tingkat bawah dari supervisor tingkat atas.
Menurut para peneliti, ciri-ciri yang paling umum dikaitkan dengan kepemimpinan yang hebat meliputi:
- Kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas : Pemimpin yang efektif tidak akan terjebak dalam kebiasaan. Mereka mampu berpikir di luar kebiasaan dan beradaptasi dengan cepat terhadap situasi yang berubah.
- Ketegasan : Seorang pemimpin yang hebat mampu bersikap langsung dan tegas tanpa terkesan terlalu memaksa atau agresif.
- Kemampuan memotivasi orang : Seorang pemimpin hebat tahu cara menginspirasi orang lain dan memotivasi mereka untuk melakukan yang terbaik.
- Keberanian dan tekad : Pemimpin terbaik adalah mereka yang berani dan berkomitmen terhadap tujuan kelompok. Mereka tidak bersembunyi dari tantangan.
- Kreativitas : Mungkin yang paling penting, pemimpin hebat tidak hanya memiliki kreativitas mereka sendiri, tetapi mereka juga mampu menumbuhkan kreativitas di antara anggota kelompok.
- Ketegasan : Seorang pemimpin hebat mampu membuat keputusan dan yakin dengan pilihannya.
- Keinginan untuk menerima tanggung jawab : Pemimpin yang kuat mengambil tanggung jawab dan tidak menyalahkan orang lain. Mereka berpegang teguh pada keberhasilan mereka dan mengakui kesalahan mereka.
- Stabilitas emosional : Selain dapat diandalkan secara keseluruhan, pemimpin yang kuat mampu mengendalikan emosi mereka dan menghindari reaksi berlebihan.
- Kecerdasan dan penilaian yang berorientasi pada tindakan : Pemimpin yang hebat dan cerdas serta membuat pilihan yang memajukan kelompok.
- Kebutuhan untuk berprestasi : Pemimpin yang kuat memiliki kebutuhan untuk berhasil dan membantu kelompok mencapai tujuan. Mereka benar-benar peduli dengan keberhasilan kelompok dan berkomitmen untuk membantu kelompok mencapai tonggak sejarah ini.
- Keterampilan interpersonal : Keterampilan interpersonal yang baik sangat penting untuk memimpin secara efektif. Pemimpin yang hebat tahu cara berinteraksi dengan baik dengan pemimpin lain dan juga dengan anggota tim.
- Ketekunan : Pemimpin yang kuat akan terus bertahan, bahkan saat keadaan menjadi sulit atau kelompok menghadapi kendala yang besar.
- Kepercayaan diri : Banyak pemimpin terbaik yang sangat percaya diri. Karena mereka percaya diri, para pengikutnya sering kali mulai berbagi kepercayaan diri ini.
- Kompetensi tugas : Pemimpin yang hebat memiliki keterampilan dan kemampuan. Anggota kelompok dapat mencontoh pemimpinnya tentang bagaimana segala sesuatu seharusnya dilakukan.
- Dapat dipercaya : Anggota kelompok harus dapat bergantung dan memercayai orang yang memimpin mereka.
- Memahami pengikut dan kebutuhan mereka : Pemimpin yang efektif memperhatikan anggota kelompok dan benar-benar peduli untuk membantu mereka berhasil. Mereka ingin setiap orang dalam kelompok berhasil dan berperan dalam memajukan seluruh kelompok.
Kontroversi tentang Teori Sifat
Studi awal tentang kepemimpinan difokuskan pada perbedaan antara pemimpin dan pengikut dan berasumsi bahwa orang-orang dalam posisi kepemimpinan menampilkan lebih banyak sifat kepemimpinan daripada mereka yang berada di posisi bawahan.
Namun, para peneliti menemukan bahwa hanya sedikit sifat yang dapat digunakan untuk membedakan antara pemimpin dan pengikut. Misalnya, pemimpin cenderung menjadi komunikator yang hebat. Pemimpin juga cenderung memiliki sifat-sifat yang lebih tinggi seperti ekstroversi, kepercayaan diri, dan tinggi badan, tetapi perbedaan ini cenderung kecil.
Ada kelemahan yang jelas dalam teori berbasis sifat. Sementara para pendukungnya menyatakan bahwa sifat-sifat tertentu merupakan ciri pemimpin yang kuat, mereka yang memiliki sifat-sifat tersebut tidak selalu menjadi pemimpin.
Beberapa pihak berpendapat bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh variabel situasional di mana keterampilan kepemimpinan hanya muncul ketika ada kesempatan untuk kepemimpinan (seperti dalam perang, selama krisis politik, atau saat tidak adanya kepemimpinan).
Sementara itu, yang lain telah mengambil pendekatan kontingensi terhadap kepemimpinan di mana sifat-sifat tertentu dapat lebih efektif dalam beberapa situasi dan kurang efektif dalam situasi lain. Pendapat bervariasi tentang sifat-sifat tersebut dan sejauh mana sifat-sifat tersebut dapat memprediksi keberhasilan, jika memang dapat diprediksi.
Kepemimpinan di Era Internet
Yang lebih kontroversial lagi adalah anggapan bahwa beberapa orang tidak memiliki sifat-sifat untuk menjadi pemimpin. Kepercayaan seperti itu pada hakikatnya mengabaikan ketidakadilan sosial dan ekonomi yang membatasi, jika tidak sepenuhnya menghapus, potensi seseorang untuk memimpin.
Ia juga mengabaikan perubahan ekonomi dan bagaimana kepemimpinan didefinisikan saat koneksi dibuat secara daring dan luring.
Karena saluran untuk kepemimpinan terus berubah (seperti media sosial dan e-commerce), sifat-sifat yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan pun berbeda karena jumlah perantaranya lebih sedikit. Dalam ranah ini, kemampuan untuk memengaruhi bisa dibilang lebih penting daripada kemampuan untuk memimpin.