PARHAMBITIOUS – Dalam hubungan yang sehat, kedua belah pihak saling memberi dan menerima. Namun, bagaimana jika satu pihak memberi dan pihak lainnya hanya menerima? Ini mungkin kasus di mana seorang empati dan seorang narsisis menjalin hubungan bersama.
Itu mungkin terdengar seperti dinamika hubungan yang rumit—dan kemungkinan besar Anda benar. Ini bisa menjadi resep untuk hubungan yang sangat berat sebelah di mana salah satu pasangan memanfaatkan yang lain. Itu bukanlah kemitraan sejati, dan akan gagal jika kedua pasangan tidak mampu memenuhi kebutuhan satu sama lain secara konsisten.
Apa Artinya Menjadi Seorang Empati
Dapatkah Anda dengan mudah memahami apa yang dirasakan orang lain? Apakah Anda merasa kewalahan saat dikelilingi orang lain yang stres? Apakah Anda merasa kesal saat menonton berita atau film kekerasan? Apakah teman dan keluarga Anda cenderung menceritakan semua masalah mereka kepada Anda? Anda mungkin seorang yang berempati.
Empati adalah orang yang memiliki intuisi yang kuat. Mereka dapat membaca orang lain seperti membaca buku dan mengetahui siapa yang berpura-pura dan siapa yang tulus. Mereka adalah orang yang dapat mengetahui bahwa Anda sedang mengalami hari yang buruk hanya dengan berada di dekat Anda. Dan mereka adalah pendengar terbaik di antara teman-teman Anda.
Penelitian saat ini belum jelas apakah empati sejati itu ada, setidaknya dalam artian benar-benar memiliki empati yang berbeda. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa ada sel-sel otak khusus yang disebut “neuron cermin” yang “mencerminkan” perasaan orang-orang di sekitar kita. Beberapa orang memiliki lebih banyak neuron ini daripada yang lain yang mungkin membuat mereka menjadi empati.
Apa Artinya Menjadi Seorang Narsisis
Pernahkah Anda bertemu seseorang yang suka menjadi pusat perhatian? Mereka selalu mendambakan pujian dan validasi. Mereka sangat bergantung pada narsisme mereka. Mereka kesulitan berempati dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Orang narsisis selalu mementingkan diri sendiri karena mereka cenderung memiliki rasa penting diri yang berlebihan. Mereka memanipulasi orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dan tidak merasa bersalah melakukannya.
Berdasarkan kriteria tertentu yang ditemukan dalam DSM, seseorang dengan ciri-ciri narsistik mungkin sebenarnya memiliki gangguan kepribadian yang dapat didiagnosis secara klinis , tetapi sangat sulit diobati. Seorang narsisis tidak mungkin mengakui dirinya sebagai seorang narsisis.
Menurut DSM, buku pegangan diagnostik yang digunakan oleh para profesional perawatan kesehatan di Amerika Serikat, seseorang dapat didiagnosis dengan Gangguan Kepribadian Narsistik jika lima dari sembilan kriteria berikut terpenuhi:
- Rasa sombong akan pentingnya diri sendiri (misalnya, melebih-lebihkan prestasi dan bakat, berharap diakui lebih unggul tanpa prestasi yang sepadan)
- Fantasi tentang kesuksesan tak terbatas, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan, atau cinta ideal
- Kepercayaan pada keberadaan “spesial” dan unik dan hanya dapat dipahami oleh, atau harus dikaitkan dengan, orang-orang (atau lembaga) spesial atau berstatus tinggi lainnya
- Membutuhkan kekaguman yang berlebihan
- Rasa berhak, yaitu harapan yang tidak masuk akal akan perlakuan yang sangat baik atau pemenuhan otomatis terhadap harapannya
- Eksploitatif secara interpersonal, yaitu mengambil keuntungan dari orang lain untuk mencapai tujuannya sendiri
- Tidak memiliki empati; tidak mau mengakui atau mengidentifikasi dengan perasaan dan kebutuhan orang lain
- Merasa iri terhadap orang lain atau percaya bahwa orang lain merasa iri terhadap dirinya
- Perilaku atau sikap sombong, angkuh