PARHAMBITIOUS – Depresi eksistensial adalah bentuk depresi yang dialami seseorang ketika ia berjuang untuk menemukan makna dalam kehidupan dan eksistensinya sendiri.
Akibatnya, orang yang mengalami depresi eksistensial mungkin tidak memiliki motivasi dalam kehidupan sehari-hari, terpaku pada pikiran tentang kematian dan ajal, merasa acuh tak acuh terhadap keadaan dunia yang “tidak dapat diperbaiki”, dan menghindari hubungan dengan orang lain.
Seberapa Umumkah Depresi Eksistensial?
“Setiap orang mengalami [tingkat] depresi eksistensial di beberapa titik dalam hidup mereka dan sangat umum untuk menemukannya saat seseorang melewati tantangan proses pematangan,” kata Jed Turnbull, PhD, LCSW, CHT, pekerja sosial berlisensi, dan terapis.
Pertanyaan umum yang mungkin ditanyakan orang pada diri mereka sendiri yang dapat memicu perasaan depresi eksistensial:
- Apa arti kehidupan?
- Mengapa ada penderitaan?
- Mengapa orang harus mati?
- Bisakah saya memberi dampak pada dunia?
- Mengapa orang jahat tidak dihukum?
- Mengapa orang baik mengalami kesakitan?
Menurut analisis tentang subjek pencarian makna hidup, hanya sekitar 25% orang dewasa Amerika yang mengatakan bahwa mereka memiliki tujuan hidup yang kuat. Sekitar 40% mengatakan bahwa mereka tidak memiliki bintang penuntun itu atau secara umum merasa acuh tak acuh.
Tanda-tanda Depresi Eksistensial
Depresi eksistensial mirip dengan bentuk-bentuk depresi klinis lainnya, yaitu penderitanya merasa sedih dan mungkin kurang tertarik pada hal-hal yang pernah mereka nikmati. Anda mungkin juga mengalami perubahan dalam pola tidur.
Gejala khusus depresi eksistensial dapat mencakup memikirkan kematian dan apa arti hidup Anda. Anda mungkin juga merenungkan hidup Anda. Penting untuk dicatat bahwa bagi orang yang mengalami depresi eksistensial, pikiran-pikiran ini tidak mengenakkan.
Siapa yang Rentan Mengalami Depresi Eksistensial?
Beberapa orang mungkin lebih mungkin mengalami depresi eksistensial dibandingkan dengan yang lain. Misalnya, orang dengan tingkat ekspektasi yang lebih tinggi seperti ekspektasi yang tidak realistis atau tujuan yang sulit dicapai mungkin lebih sering mengalami depresi eksistensial dan pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang lain.
Selain itu, ada indikasi bahwa orang dengan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi mungkin lebih mungkin menghadapi ketakutan eksistensial dan depresi dibandingkan dengan orang lain.
Ada juga beberapa pengalaman hidup yang berpotensi memicu depresi eksistensial, termasuk:
- Peristiwa kehidupan yang menegangkan: Situasi yang menyebabkan pergolakan besar dapat berdampak besar pada kehidupan Anda. Misalnya, sebuah penelitian mencatat bahwa pasien kanker mungkin mempertanyakan makna hidup ketika mereka menyadari bahwa kematian adalah kemungkinan yang sangat nyata.
- Memiliki kepuasan kerja yang buruk : Penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dan kesehatan mental. 7 Jadi, jika Anda tidak puas dengan pekerjaan Anda, kesehatan mental Anda mungkin lebih buruk. Anda mungkin juga mulai bertanya-tanya apa tujuan atau maksud dari pekerjaan Anda.
- Kurangnya hubungan yang bermakna: Ilmu pengetahuan mencatat adanya hubungan yang kuat antara hubungan sosial yang sehat dan aspek kesehatan dan kesejahteraan kita.
Dampak Depresi Eksistensial
Depresi eksistensial dapat menyebabkan orang kehilangan pengalaman hidup yang bermakna atau tidak menikmati hidup secara maksimal. Misalnya, Anda mungkin menjauh dari beberapa hubungan yang bermakna dalam hidup Anda.
Bila Anda memiliki tujuan hidup, hal itu dapat membantu meningkatkan tingkat kepuasan hidup. Hal ini berarti suasana hati yang lebih positif, pandangan positif, dan rasa puas. Lebih jauh, penelitian telah menemukan bahwa orang cenderung hidup lebih lama ketika mereka memiliki tingkat “kesejahteraan eudemonik” yang tinggi yang digambarkan sebagai perasaan bahagia yang berasal dari perasaan bahwa hidup Anda memiliki tujuan yang berarti.