Kekecewaan adalah perasaan tidak bahagia karena seseorang atau sesuatu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau diharapkan. Ketika kita merasa tidak bahagia karena harapan dan harapan kita tidak terpenuhi, kita mengalami perasaan sedih atau kecewa.
Tapi bagaimana hubungannya dengan emosi kita secara umum?
Anda mungkin sudah mengetahui tentang enam emosi dasar manusia: gembira, marah, sedih, takut, terkejut, dan jijik. Pada tahun 1980-an, Robert Plutchik mengemukakan teori “Roda Emosi”. Ini menambahkan dua emosi lagi, membuat delapan emosi penting berpasangan dan berlawanan.
Roda emosional mencakup :
- Sukacita
- Memercayai
- Takut
- Terkejut
- Kesedihan
- Menjijikkan
- Amarah
- Antisipasi
Roda emosi mendefinisikan bagaimana emosi manusia berputar di sekitar satu sama lain dan berkembang melampaui emosi awal menjadi pengalaman yang lebih halus atau kompleks. Hasilnya adalah keadaan emosional seperti kejengkelan, kebosanan, agresivitas, kekaguman, dan kekaguman. Kekecewaan adalah salah satu cabangnya – sebuah emosi kompleks yang berasal dari kesedihan. Inilah yang kita rasakan ketika harapan kita akan hasil yang diinginkan pupus. Kita semua segera menyadari perasaan kecewa dan marah yang mungkin kita rasakan ketika sesuatu yang kita pikir pantas kita dapatkan tidak terjadi. Atau kesedihan yang kita alami ketika kita kehilangan kesempatan.
Itulah pengalaman subjektif dari kekecewaan yang pahit.
Apa yang menyebabkan kekecewaan?
Kekecewaan, seperti banyak emosi lainnya, memiliki akar evolusi. Dengan kata lain, kita memerlukan emosi kompleks ini untuk bertahan dan berkembang.
Ada tiga penyebab utama kekecewaan.
1. Kesalahan kedatangan
Pengalaman kekecewaan yang unik ini terjadi ketika kita terlalu fokus dalam mencapai tujuan sehingga melupakan prosesnya. Kita memaksakan diri terlalu keras, dan kita hidup dengan ketidakbahagiaan setiap hari. Semua ini adalah janji yang tenang bahwa ketika kita “tiba”, tujuan kita adalah menjadikan perjuangan ini bermanfaat. Jika Anda mengalami kedatangan yang salah, itu karena ada ketidakselarasan internal. Apa yang Anda pikir akan memberi Anda emosi positif ternyata tidak memuaskan.
2. Harapan terhadap orang lain, tempat, benda
Penyebab kekecewaan yang kedua berasal dari ekspektasi yang kita miliki terhadap faktor eksternal. Ketika ekspektasi yang tidak terjadi secara realistis atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, kita tidak mau menerima apa yang terjadi. Dan jika kita mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap suatu situasi atau hasil, kita akan mengalami kekecewaan yang lebih besar lagi.
3. Pengalaman masa kecil
Sumber kekecewaan yang ketiga datang dari pengalaman kita di masa kecil. Anda mungkin pernah mengalami peristiwa traumatis seputar kehilangan atau kekecewaan semasa kecil. Dari sini, jiwa Anda menarik kesimpulan negatif tentang situasi tersebut.
Berpikir positif bukanlah kebiasaan yang Anda kenal.
Ketika Anda bertambah tua dan menghadapi situasi yang mirip dengan peristiwa traumatis di masa kanak-kanak, pikiran Anda secara otomatis mengingat kembali pengalaman kehilangan dan kekecewaan sebelumnya. Namun ini bukanlah evaluasi obyektif terhadap situasi – ini adalah pengalaman subyektif.
Keputusasaan yang Anda alami dapat dengan cepat berubah menjadi ramalan yang terwujud kecuali Anda belajar cara menghadapinya. Dan jika Anda ingin menjadi seorang pemimpin, atau bahkan sekadar menjalani kehidupan profesional dengan kepuasan dan kebahagiaan, Anda harus belajar mengelola emosi.